Senin, 01 September 2014
Kamis, 21 Agustus 2014
Luis Suarez Jadi Macan Barca
By:
Unknown
On: 03.10
Barcelona ternyata dalam dua tahun terakhir selalu memantau perkembangan
Luis Suarez sebelum akhirnya memboyong penyerang Timnas Uruguay
tersebut di bursa transfer musim panas ini. Barca mengklaim cuma
membayar 65 juta pound atau sekitar Rp 1,2 triliun kepada Liverpool
untuk membawa Suarez ke Camp Nou, lebih murah sekitar Rp 200 miliar
dibanding rilis yang diumumkan The Reds.
Suarez pun telah melakoni debutnya bersama Barca pada laga Joan Gamper Trophy melawan Leon, Senin (18/8/2014) lalu. Sehari kemudian, dia diperkenalkan secara resmi kepada publik.
Suarez pun telah melakoni debutnya bersama Barca pada laga Joan Gamper Trophy melawan Leon, Senin (18/8/2014) lalu. Sehari kemudian, dia diperkenalkan secara resmi kepada publik.
Selasa, 19 Agustus 2014
Senin, 18 Agustus 2014
Sabtu, 16 Agustus 2014
MERDEKA atau ....!!!!!
By:
Unknown
On: 06.50
Ulang tahun ke-69 Kemerdekaan Indonesia kondisi masih gini-gini aja. Ah, tapi sudah banyak perubahan yang mengarah ke yang baik ya. Ada Jaminan Kesehatan Nasional, sistem pereketaapian makin OK, banyak anak dan orangtua yang tidak perlu pusing dengan biaya sekolah, dan mungkin masih banyak lagi.
Kita masih perlu berjuang keras. Bukan melawan penjajahan. Kita belum merdeka selama korupsi masih hidup, kemiskinan ada di mana-mana. Semoga, Presiden terpilih Jokowi bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar, mandiri, berdaulat, berkepribadian dan disegani bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Kita masih perlu berjuang keras. Bukan melawan penjajahan. Kita belum merdeka selama korupsi masih hidup, kemiskinan ada di mana-mana. Semoga, Presiden terpilih Jokowi bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar, mandiri, berdaulat, berkepribadian dan disegani bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Rabu, 13 Agustus 2014
ISIS atau Ngisis?
By:
Unknown
On: 21.07
Setelah merebut kota Mosul di utara Irak, ISIS didaulat sebagai kelompok teroris paling kaya di dunia dengan dana jihad diperkirakan sekitar 2 miliar US Dollar. Dari mana uang tersebut berasal?
Sekitar 500 miliar Dinar atau setara dengan 5 Triliyun Rupiah lenyap dari Bank Sentral Irak cabang Mosul ketika gerilyawan ISIS merebut kota di utara tersebut. Pengamat meyakini, kelompok Islam militan itu kini mengantongi dana jihad sebesar dua miliar US Dollar. Dari mana uang sebesar itu berasal, hingga kini belum jelas.
Pemerintah Irak menuding Arab Saudi mendukung perang yang dilancarkan ISIS. "Kami menanggap Arab Saudi bertanggungjawab," atas dukungan finansial dan moral yang didapat ISIS, kata Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Selasa (17/6).
Amerika Serikat yang juga sekutu dekat Riyadh menepis tudingan sang perdana menteri. Ucapannya itu "tidak tepat dan menghina," kata Jen Psaki, Jurubicara Kementrian Luar Negeri AS di Washington.
Duit dari Teluk?
"Tidak ada bukti kuat yang melandaskan keterlibatan pemerintahan sebuah negara dalam pembentukan dan pendanaan ISIS sebagai organisasi," kata Charles Lister, Peneliti di Brookings Doha Centre.
Sebaliknya Günter Meyer yang memimpin Pusat Kajian Arab di Universitas Mainz, Jerman, tidak meragukan adanya kucuran uang dari negeri jiran. "Sumber keuangan terbesar sejauh ini adalah negara-negara di Teluk, terutama Arab Saudi, tapi juga Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab," kata Meyer.
Kepentingan negara-negara teluk bermazhab Sunni pada keberadaan ISIS sejatinya untuk meruntuhkan kekuasaan Presiden Basyar Assad di Suriah, lanjut Meyer. Sepertiga penduduk Suriah termasuk golongan Sunni. Sementara negeri di tepi Golan itu dipimpin oleh minoritas Syiah Alawiyah.
Peran Arab Saudi
Saat ini pemerintah Arab Saudi pun menyadari bahaya yang ia tuai. "Penduduk Arab Saudi mewakili kelompok terbesar di antara gerilyawan ISIS. Jika mereka pulang, akan muncul ancaman bahwa mereka lantas merongrong pemerintah di Riyadh," kata Meyer.
Pemerintah Irak menuding Arab Saudi mendukung perang yang dilancarkan ISIS. "Kami menanggap Arab Saudi bertanggungjawab," atas dukungan finansial dan moral yang didapat ISIS, kata Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Selasa (17/6).
Amerika Serikat yang juga sekutu dekat Riyadh menepis tudingan sang perdana menteri. Ucapannya itu "tidak tepat dan menghina," kata Jen Psaki, Jurubicara Kementrian Luar Negeri AS di Washington.
Duit dari Teluk?
"Tidak ada bukti kuat yang melandaskan keterlibatan pemerintahan sebuah negara dalam pembentukan dan pendanaan ISIS sebagai organisasi," kata Charles Lister, Peneliti di Brookings Doha Centre.
Sebaliknya Günter Meyer yang memimpin Pusat Kajian Arab di Universitas Mainz, Jerman, tidak meragukan adanya kucuran uang dari negeri jiran. "Sumber keuangan terbesar sejauh ini adalah negara-negara di Teluk, terutama Arab Saudi, tapi juga Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab," kata Meyer.
Kepentingan negara-negara teluk bermazhab Sunni pada keberadaan ISIS sejatinya untuk meruntuhkan kekuasaan Presiden Basyar Assad di Suriah, lanjut Meyer. Sepertiga penduduk Suriah termasuk golongan Sunni. Sementara negeri di tepi Golan itu dipimpin oleh minoritas Syiah Alawiyah.
Peran Arab Saudi
Saat ini pemerintah Arab Saudi pun menyadari bahaya yang ia tuai. "Penduduk Arab Saudi mewakili kelompok terbesar di antara gerilyawan ISIS. Jika mereka pulang, akan muncul ancaman bahwa mereka lantas merongrong pemerintah di Riyadh," kata Meyer.
Menurutnya aman untuk berasumsi bahwa kucuran dana dari Arab Saudi akan terus berlanjut, "bukan dari pemerintah, tapi dari penduduk yang kaya."
Sumber dana kedua buat ISIS adalah ladang minyak di utara Suriah. "ISIS memahami untuk segera menguasai sumber rejeki ini. Mereka membawa minyak mentah ke perbatasan Turki untuk kemudian dijual," ujar Meyer.
Senjata Berkualitas dari Pasar Internasional
Serupa dengan pendapat Charles Listeri dari Brookings Doha Center. Menurutnya ISIS mampu membiayai sendiri operasi militernya. "ISIS berupaya membangun jaringan di antara penduduk untuk mengamankan kucuran dana sumbangan." Sebagai contoh ia menyebut pemerasan sistematis di Mosul.
"Yang dijadikan sasaran adalah pengusaha kecil atau juga perusahaan besar, dan jika isunya benar bahkan pemerintah setempat," kata Lister. "Selain itu diduga organisasi ini mengambil uang pajak di kawasan yang dikuasainya, misalnya di Raqqa, timur laut Suriah.
ISIS, menurut Meyer, akan menggunakan uang tersebut untuk membeli persenjataan. Ketika merebut kota Mosul, kelompok teror itu juga menyita senjata dan kendaraan lapis baja buatan Amerika Serikat. "Dengan uang yang ada, mereka akan mudah membeli senjata berkualitas di pasar internasional."
Senjata Berkualitas dari Pasar Internasional
Serupa dengan pendapat Charles Listeri dari Brookings Doha Center. Menurutnya ISIS mampu membiayai sendiri operasi militernya. "ISIS berupaya membangun jaringan di antara penduduk untuk mengamankan kucuran dana sumbangan." Sebagai contoh ia menyebut pemerasan sistematis di Mosul.
"Yang dijadikan sasaran adalah pengusaha kecil atau juga perusahaan besar, dan jika isunya benar bahkan pemerintah setempat," kata Lister. "Selain itu diduga organisasi ini mengambil uang pajak di kawasan yang dikuasainya, misalnya di Raqqa, timur laut Suriah.
ISIS, menurut Meyer, akan menggunakan uang tersebut untuk membeli persenjataan. Ketika merebut kota Mosul, kelompok teror itu juga menyita senjata dan kendaraan lapis baja buatan Amerika Serikat. "Dengan uang yang ada, mereka akan mudah membeli senjata berkualitas di pasar internasional."
Langganan:
Postingan (Atom)